Langsung ke konten utama

Corona dalam Perspektif Angkatan 20

Lebih dari tiga bulan, virus Corona menggemparkan dunia. Berawal dari Wuhan, China, virus ini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Virus ini telah mengakibatkan banyak ketidakstabilan keadaan di berbagai sendi kehidupan. Mulai dari aspek sosial yang menghasilkan kepanikan dimana-mana, aspek ekonomi yang membuat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara tersendat, dan aspek keagamaan yang salah satunya menyebabkan ibadah umroh untuk sementara ini ditangguhkan. Demikian pula, melalui keputusan presiden Joko Widodo (semoga Allah menjaga beliau) telah menghimbau supaya masyarakat untuk sementara ini beraktivitas di rumah, bekerja dirumah, hingga beribadah dirumah. MUI juga telah mengeluarkan fatwa bagi daerah yang dikhawatirkan menyebabkan penyebaran virus Corona, untuk meniadakan sholat berjamaah dan sholat Jum'at hingga kondisi kembali stabil. Hal ini tentunya didasari dengan landasan syari'at Islam yang memandang maslahat dan mudharat. Keputusan yang memang sejalan dengan syari'at. Dimana ada sebuah kaidah ushul fiqih yang bunyinya,

"درا المفاسد مقدم على جلب المصالح"
"Mencegah kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil manfaat"

Bukan dalam arti pemerintah melarang sholat berjamaah dan sholat Jum'at, tetapi supaya penyebaran virus ini dapat diminimalisir dalam rangka kemaslahatan secara umum. Ini bukanlah hal yang baru sekarang ini terjadi. Karena dalam sejarah, telah ditemukan hal serupa sebagaimana di masa Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani tatkala terjadi wabah di Mesir, sebagian umat Islam berkumpul di sebuah tanah lapang untuk berdoa bersama, sehingga menyebabkan virus tersebut semakin menyebar diantara mereka, sampai Ibnu Hajar mengatakan bahwa sebulan kemudian setiap harinya ada sekitar seribu orang meninggal setelah kejadian tersebut. Tentunya beranjak dari situ, para ulama telah beristinbath (mengeluarkan hukum) tentang ditiadakannya sholat berjamaah dan sholat Jum'at sementara waktu. Tidak elok didengar karena keputusan ini, sehingga pemerintah dicela habis-habisan, dituduh dengan berbagai macam tuduhan, seolah-olah melarang orang beribadah. Ini tuduhan tanpa ilmu yang terucap dari sebagian orang. Ingatlah sabda Nabi yang mulia ﷺ:

"Barangsiapa yang menghina penguasa, niscaya Allah menghinakannya." (Hasan: Ahmad 5/43, at-Tirmidzi 2225)

Dan peniadaan sholat berjamaah beserta sholat Jum'at ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di negara-negara kaum muslimin lainnya, seperti di Arab Saudi yang merupakan pusatnya risalah Islam. Disana semua masjid telah ditutup, kecuali dua masjid, yakni Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, itupun terbatas. Jadi, sekali lagi, keputusan pemerintah ini tidak bertentangan dengan syari'at dan memandang kemaslahatan manusia pada umumnya.

Disini, saya tidak akan membahas tentang penyebaran virus ini dalam ruang lingkup medis. Karena, saya tidak punya hak berbicara disitu. Demikian pula dalam kacamata agama, yang ilmu saya belum cukup untuk membahasnya lebih jauh. Saya hanya singgung sedikit diatas sebagai renungan bagi kita agar tidak sembarangan menghujat pemerintah tanpa ilmu.

Berikutnya, di bidang pendidikan yang mengakibatkan dibatalkannya Ujian Nasional tahun ini, yang sejatinya menjadi Ujian Nasional terakhir sebelum dihapus mulai tahun depan. Namun, qadarullah. Berdasarkan keputusan Kemendikbud beberapa waktu lalu, Ujian Nasional dan Uji Kompetensi (bagi SMK) dihapus demi mencegah penyebaran virus ini. Keputusan yang tepat menurut saya. Dan ini demi kebaikan pelajar juga. Disisi lain, banyak diantara teman-teman seangkatan, merasa kecewa. Saya katakan, hal itu wajar-wajar saja. Mengingat, mungkin diantara mereka ada yang sudah mempersiapkan dengan sangat matang menyongsong UN ini, berjuang mati-matian, tetapi menjelang pelaksanaannya justru ditiadakan. Saya pun merasakan hal itu. Tetapi, kembali lagi, ini demi kebaikan bersama. Ambil hikmahnya dan jangan merasa bahwa angkatan 20 adalah angkatan yang selalu dirugikan. Dimana saya membaca tulisan sebagian kawan yang berceloteh, bahwa angkatan ini selalu dijadikan kelinci percobaan. Mulai dari UNBK pertama, sistem PPDB baru, UTBK SBMPTN, transisi Bidikmisi ke KIP Kuliah, hingga yang terbaru lulus tanpa ujian akhir. Hingga muncul statement bahwa lulusan tahun ini adalah hasil give away pemerintah. Subhanallah. Rasanya ini terlalu di dramatisir. Jangan menganggap ini secara berlebihan teman-teman. Kita boleh kecewa, tetapi keluhan seperti diatas sama sekali tidak akan memperbaiki keadaan. InsyaAllah angkatan 20 ini akan menjadi angkatan yang dikenang di tahun-tahun yang akan datang karena selalu mampu melewati beragam kebijakan pemerintah yang berlainan dengan aturan lama. Tidak mengapa teman-teman, jadikan ini sebagai pelecut semangat supaya kita dapat merubah bangsa ini ke arah yang lebih baik di masa depan. Pelajaran bagi kita, bahwa manusia hanya bisa merencanakan, semuanya kembali kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Kita juga mendukung usaha pemerintah dalam rangka menghadapi penyebaran virus Corona yang telah menjadi pandemik global ini. Meskipun tentunya masih ada kekurangan dalam pelaksanaannya, tetapi bukan waktunya kita saling menyalahkan. Patuhi himbauan dari pemerintah, tetap dirumah, jaga kesehatan, dan jangan lupa berdoa. Jangan tinggalkan dzikir pagi dan petang. Itulah senjata bagi orang beriman. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar wabah ini segara berakhir dan kita dapat memasuki bulan suci Ramadhan dalam keadaan sehat wal 'afiyat. Aamiin ya Rabb al-'alamin.

Barakallah fiikum.

Bandung, 28 Maret 2020
Tulisan seorang pelajar yang belajar untuk lebih bijak dalam menyikapi masalah.

Komentar