الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا
فيه كما يحب ربنا ويرضى واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده
ورسوله ام بعد
Semua yang terjadi di alam semesta ini merupakan ketetapan Allah. Apa saja yang telah ditakdirkan oleh Sang Pencipta, tidak akan ada yang bisa menolaknya. Meskipun jin dan manusia seluruhnya bersekutu. Sebaliknya, apa saja yang tidak ditakdirkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang bisa mewujudkannya, meskipun seluruh jin dan manusia bersatu.
Demikian pula keadaan hari ini. Tatkala umat manusia diberikan ujian oleh Allah Tabaraka wa Ta'ala dengan hadirnya wabah penyakit bernama Corona. Sehingga membuat aktivitas sehari-hari mengalami banyak perubahan. Tak terkecuali di dunia pendidikan. Sebagaimana maklum, saat ini hampir seluruh sekolah dan kampus di negeri ini harus melaksanakan pembelajaran secara daring. Semua itu dilakukan semata-mata untuk mengantisipasi wabah ini semakin menyebar ke tengah-tengah manusia.
Saya bersama teman-teman angkatan 20 benar-benar merasakan imbas dari wabah ini. Kami lulus tanpa Ujian Nasional, tanpa Ujian Praktik, dan juga tanpa Uji Kompetensi Kejuruan (khusus anak SMK). Sehingga banyak yang memberikan gelar Lc (Lulusan Corona) kepada kami. Alhamdulillah, tak perlu kuliah di Timur Tengah untuk mendapatkan gelar ini. Wkwkwk ‘afwan, becanda ya.
Masuk ke jenjang perkuliahan, wabah ini tak kunjung reda. Malah semakin parah dan menyebar. Sangat tidak memungkinkan seandainya pembelajaran dilaksanakan seperti biasa. Jadi terpaksa seluruh Indonesia online dulu. Banyak diantara Maba (Mahasiswa Baru) yang 'ngambek' karena diharuskan dengan perkuliahan online. Saya baca-baca komentar Netizen di grup-grup kuliah, mereka merasa gak terima di tahun pertama kuliah harus online, plus ospek juga kudu online. Saya sih cuma senyum-senyum melihat celotehan teman-teman Netizen, Lc. yang budiman. Siapa sih yang gak mau kuliah tatap muka seperti biasa? Hampir semua orang pasti menginginkannya. Namun apalah daya, situasi sekarang seperti ini. Katakan, "Qodarullah wa Maa Syaa a Fa'ala".
Saya mau sedikit sharing pengalaman tentang kuliah online ini ya teman-teman. Anggaplah ini intermezzo semata. Sekaligus ambil beberapa ibroh yang terkandung didalamnya.
Di Ma'had Al Imarat Bandung, pas saya daftar dan test masuk, itu Alhamdulillah masih dilaksanakan secara langsung di kampus. Meskipun protokol kesehatannya sangat ketat. Saya sempet tanya-tanya ke Idaroh (Administrasi Ma'had) perihal teknis pembelajaran nanti, apakah akan online atau tatap muka? Tetapi mereka tidak menjawab dengan pasti. Harus menunggu situasi dan kondisi dulu katanya. Saya sih waktu itu berharap bisa tatap muka seperti biasa. Toh, pas tes masuk dan beli buku juga langsung datang ke Ma'had. Tidak online seperti di kampus-kampus lain. Sempat terbersit dalam pikiran, "In Syaa Allah ini pertanda baik. Dugaan saya sih bakal tatap muka." Begitu saya bergumam.
Saya cukup khawatir jika seandainya perkuliahan dilaksanakan secara online. Kenapa? Karena sinyal ditempat saya yang notabene ada di perkampungan itu Subhanallah. Sangat tidak stabil. Kalau bahasa lembur-nya mah, "Luplep". Tahu luplep? Ah, susah jelasinnya. Singkat tapi padat makna pokoknya. Itulah bahasa orang Sunda. Ok, balik lagi ke topik. Saya khawatir kalau online, gimana nanti menyimak pelajaran? Gimana kalau pas ujian sinyal mati? Dan banyak lagi perasaan was-was itu timbul.
Sekitar seminggu sebelum KBM dimulai, di Grup Telegram, akhirnya diumumkan bahwa keputusan Ma'had tentang teknis pembelajaran adalah Belajar Metode Daring alias Online. Yah, jujur saja, sedih sekali saya. Qodarullah. Tapi memang itu keputusan yang paling tepat sih. Mengikuti instruksi dari pemerintah. Daripada nanti belajar tatap muka, terus ada yang kena Corona, siapa yang mau tanggung jawab?
Buat persiapan, akhirnya saya putuskan beli modem. Dengan harapan sinyal yang didapat nanti lebih maksimal. Dan saya coba ternyata lebih bagus dan stabil. Alhamdulillah. Terimakasih S****F**n. Afwan, saya gak endorse ya. Disensor kok.
Saya sempat menyangka bahwa media pembelajaran yang akan dipakai adalah Zoom Meeting atau paling tidak Google Meet. Tapi, ternyata dugaan saya salah. Saya benar-benar dibuat kaget! Kalau kata temen saya mah "Tercolohok" (tolong carikan kata ini dalam kamus Bahasa Sunda, soalnya saya gak nemu-nemu wkwkwk). Kenapa kaget? Karena Ma'had mengumumkan bahwa kita akan belajar menggunakan aplikasi Discord! Waktu itu, setahu saya mah, Discord itu aplikasi yang biasa dipakai oleh para Gamers untuk berkomunikasi saat bermain game bareng (mabar). Begitu pula teman-teman lain, ternyata satu pemikiran sama saya. Tapi, kami sih ikut saja kebijakan dari Ma'had. Karena mereka juga pastinya gak sembarangan mengambil untuk keputusan itu.
Dan ternyata setelah masuk KBM sekitar satu minggu, muncullah kejanggalan dari apa yang kami khawatirkan. Aplikasi ini banyak sekali error. Suara yang dihasilkan juga sangat putus-putus dan tidak jelas terdengar (padahal sinyal bagus). Semuanya merasakan. Sampai ada beberapa temen yang esmosi alias marah lho. Wah, parah nih. Ngambek online ceritanya.
Hingga teman-teman mengusulkan supaya Ma'had mempertimbangkan untuk menggunakan alternatif platform lain yang sudah jelas teruji untuk pembelajaran online. Akhirnya diputuskan bahwa selanjutnya kita akan belajar dengan Google Meet. Alhamdulillah. Setelah berganti ke produk Mbah Google semuanya menjadi lancar tanpa hambatan yang berarti. Benar, semua kemudahan itu datangnya dari Allah Jalla wa 'Ala.
Diantara hal yang menjadi ujian (gogoda) saat kuliah online bagi saya adalah mengatur pikiran supaya fokus untuk menyimak materi yang disampaikan. Kalau kita kuliah berbarengan dengan pegang HP, ya tentu saja akan banyak hambatan. Diantaranya kalau muncul notifikasi-notifikasi, itu sangat menganggu dan bikin gak fokus. Terpaksa harus saya silent perizinan beberapa aplikasi untuk mengatasinya.
Hal lainnya yang menjadi hambatan adalah situasi yang kadang tidak kondusif di rumah maupun di sekitar. Terkadang ada suara bising, adik saya suka menganggu, dan lain sebagainya. Itu semua cukup membuyarkan konsentrasi tatkala saya belajar. Apalagi bahasa Arab itu kan perlu fokus dan konsentrasi tinggi, apalagi dalam istima’ (mendengar), misalnya.
Dan tentu saja kalau kuliah online, kita gak bisa mendapatkan salah satu keberkahan dalam menuntut ilmu, yakni silaturahmi bersama Ustadz dan teman-teman secara langsung. Meskipun secara daring pun ya tetap bisa berkomunikasi. Tapi feel-nya itu lebih berkesan offline bagaimanapun.
Banyak juga momen-momen lucu selama kuliah online ini bagi saya. Diantaranya candaan-candaan ringan dari para Masyaikh Kibar (teman-teman yang usianya sudah lebih sepuh dari kami hehe). Seperti Syaikh Seto yang sangat bersungguh-sungguh, Syaikh Edi Diana yang banyak menghubungi saya untuk berdiskusi tentang pelajaran, Syaikh Andi Krisyandi yang paling kritis dalam memberikan pertanyaan kepada Ustadz, Syaikh Dokter Agus Al-Brata yang selalu bersemangat, hingga Syaikh Iwan Rohiwan yang saking senangnya bisa kebagian beli buku sampai mengadakan syukuran wkwkwk (afwan becanda pak). Diantara mereka ada yang sudah berusia lebih dari 30 tahun, ada yang 40 tahun-an, bahkan ada yang diatas 50 tahun. Akan tetapi semangat dan kesungguhan mereka luar biasa. Melebihi thullab lain yang masih muda-muda. Itu semua menjadi motivasi yang besar bagi saya untuk semakin bersemangat menuntut ilmu.
Jika pas belajar ada yang mikrofonnya terbuka, maka terkadang akan terdengar suara-suara yang mengundang tawa. Seperti kisah salah seorang teman saya. Beliau pernah lupa untuk menonaktifkan mikrofon setelah selesai berbicara. Tak lama dari situ, terdengar suara beliau yang sedang menghafalkan Tashrif Fi'il Tsulatsi Mazid dengan dilagukan (nadanya bikin ketawa). Beliau sempat diingatkan oleh Ro'is Fashl, tetapi mungkin tidak terdengar. Hingga akhirnya beliau menyadari dan meminta maaf. Bahkan sampai menangis. Ada-ada saja hehe.
Diantara hikmah lainnya dari kuliah daring ini adalah lebih hemat ongkos dan tenaga. Karena jika pulang pergi dari Ma'had ke rumah itu lumayan. Bisa makan waktu sekitar sejam. Tetapi, dari situ saya berpikir, tentu saja ilmu yang didapat dengan bersusah payah itu akan lebih berkah dan besar pahalanya di sisi Allah. Maka, saya berharap semoga Allah Ta'ala segera memulihkan keadaan seperti sedia kala.
Intinya, disini yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman adalah, bahwa semua yang terjadi didalam kehidupan ini merupakan ketetapan dari Allah. Terkadang kita menganggap sesuatu itu baik, padahal disisi Allah tidak. Begitupun sebaliknya. Dan segala musibah beserta ujian yang terjadi, pastilah akan ada hikmah dibalik itu semua. Harus yakin.
Saya juga berpesan, jangan pernah berhenti untuk menuntut ilmu bagaimana pun keadaannya. Dimanapun engkau berada, belajarlah. Belajar apapun yang akan memberikan manfaat bagimu pada hari ketika engkau bertemu dengan Allah kelak.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Moga manfaat.
Bandung, 9 November 2020. Selesai Ba’da ‘Isya’.
Al-Faqir, Ivan Wanda.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Komentar
Posting Komentar