Langsung ke konten utama

Kenapa Engkau Berubah, Teman?



Dahulu kita pernah bersama. Kita duduk, berkumpul, bercanda ria, dan beriringan dalam setiap kesempatan. Kita melakukan beragam hal bersama-sama. Baik itu dalam suka maupun dalam duka. Terkadang kita kompak juga dalam hal hal-hal yang keluar dari koridor. Namun, selama kita menjalaninya bersamaan, semua itu tak menjadi masalah. Indah sekali rasanya masa-masa itu.


Akan tetapi, kenapa sekarang engkau berubah, teman? Kenapa setelah lulus dari sekolah ini, sifat dan tabiatmu menjadi lain? Kenapa engkau jadi sok alim? Apakah engkau lupa dengan temanmu dahulu? Rasanya sombong sekali engkau sekarang!



بسم الله الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه وسلم أما بعد.


Beberapa contoh kalimat yang saya bawakan di atas seringkali kita dengar, bukan? Na'am, apalagi bagi orang-orang yang baru merasakan manisnya Hidayah Sunnah. Terkadang di antara ujian yang kerap muncul adalah beragam perkataan manusia kepada kita, terutama dari orang-orang yang dahulu sebelum kita hijrah, memiliki kedekatan dengan kita.


Kenapa kamu jadi berbeda? Kamu sok alim! Sombong! Dasar munafik!


Teman, sama sekali aku tak bermaksud memutus tali persaudaraan ini. Bagaimanapun engkau adalah teman dan saudaraku.


Mengapa aku berbeda? Benar, inilah aku yang sekarang, berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Karena aku telah menyadari bagaimanakah hakikat kehidupan ini. Teman, hidup kita takkan lama. Setelah ini apa yang akan kita hadapi? Semua perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah kelak. Bertaubatlah sebelum terlambat, teman.


Alah, dasar munafik Lo!


Teman, bukannya aku munafik. Aku tahu bahwa diriku tak sempurna, dan terlalu banyak kesalahan yang telah aku lakukan jika harus dirinci. Hanya saja, Allah telah menutupi aib-aibku tersebut, maka aku pun berusaha untuk memperbaikinya dengan kebaikan. Sebagaimana Nabi kita ﷺ bersabda,


واتبع السيئة الحسنة تمحها

"Dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, niscaya dia akan menghapusnya." (HR. Tirmidzi)


Sok-sokan bahas agama, emangnya ente mesantren di mana, hah? Mendadak jadi Ustadz ya?


Wallahi, sesungguhnya ilmu ini bukanlah hanya milik orang-orang yang mondok di pesantren atau duduk di bangku sekolah. Namun, ilmu ini adalah untuk siapa saja yang mau belajar. Aku tahu bahwa aku ini bodoh. Maka, aku berusaha untuk belajar. Supaya hilang kebodohan itu. Sama sekali aku bukanlah Ustadz. Dan aku hanya menyampaikan apa yang aku ketahui. 


Kenapa penampilan ente jadi aneh! Kok ente berjenggot sekarang? Kenapa celana ente ngatung gitu? Kebanjiran ya? Atau jangan-jangan ente ikut aliran sesat ya? ISIS ya? Wah, teroris nih!


Sedih sekali aku mendengar kata-katamu, teman. Demi Allah, yang engkau katakan itu semuanya adalah Sunnah Nabi kita ﷺ. Kita mengaku umat Muhammad, kita mengaku cinta Rasul, kenapa kita tak mau mengikuti ajarannya?


Memelihara jenggot itu perintah Nabi. Memakai pakaian yang tidak melebihi mata kaki pun adalah perintah beliau. Demi Allah, itu bukanlah ciri teroris. Melainkan ciri seorang Muslim. Jika engkau belum bisa mengamalkannya, tolong jangan mengolok-oloknya. Aku khawatir engkau termasuk dalam ancaman ayat:


فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nur 24: 63)



Demikianlah ucapan sebagian manusia. Bagaimanapun mustahil bagi kita untuk selamat dari cercaan dan hujatan mereka. Siapapun yang berusaha meniti jalan ini, maka pasti dia akan diuji. Namun, kita harus yakin bahwa Allah bersama kita. Allah-lah pelindung kita dan hanya kepada-Nyalah kita meminta pertolongan.


Kuncinya, tetaplah jalani dan jangan dengarkan berbagai sentilan mereka. Adapun jika dia adalah teman kita, maka janganlah sampai kita marah. Justru harus kita kasihani. Karena dia pun sama seperti kita dulu, yakni tidak tahu. Maka, berusahalah untuk mendakwahinya dengan hikmah. Bagaimanapun dia adalah teman kita. Tetap jalin komunikasi dan silaturahmi. Namun, jika diajak untuk kembali kepada perbuatan-perbuatan jahiliyah, wajib bagi kita untuk menolaknya dengan lemah lembut.


Semoga Allah Ta'ala berikan keistiqomahan kepada kita di jalan ini. Dan semoga Allah Ta'ala memberikan hidayah-Nya kepada orang-orang terdekat kita dan umumnya kepada seluruh kaum muslimin.


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك

يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك


Bandung, 19 Januari 2021.

Selesai sore hari, disela-sela kesibukan menghadapi Ikhtibar Akhir Semester.

Akhukum Fillah, Ivan Ibnu Ridwan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengatasi Video Story WhatsApp Tidak Sinkron

  Mengatasi Video Story WhatsApp Tidak Sinkron Sebagaimana kita ketahui, bahwa maksimal durasi video yang dapat diposting pada Story WhatsApp terbatas hanya 30 detik. Jika videonya lebih dari 30 detik, maka biasanya kita akan membaginya menjadi beberapa bagian. Kita tinggal menggeser bagian dari masing-masing video tersebut menjadi per 30 detik. Dulu tidak ada masalah ketika kita terapkan cara seperti ini. Video akan tetap tampil dengan baik tanpa ada kendala. Namun, belakangan ini kerap kali ditemui kasus, yakni ketika posting Story Video, di part yang ke-2 dan seterusnya, video yang kita kirim justru menjadi tidak sinkron antara gambar dan suara. Contohnya, ketika saya posting kajian video berdurasi 1 menit. Pada bagian pertama, tidak ada masalah. Adapun ketika di bagian yang kedua, maka antara suara dan gambar menjadi tidak sesuai. Sehingga terkesan menjadi kurang nyaman untuk dilihat.  Pernahkah mengalaminya, teman-teman? Tentu gak enak ya. Seperti kata pepata...