Aduhai, betapa indahnya kesudahan para penghafal Qur’an kelak. Derajat yang tinggi telah menantinya di Surga. Dia adalah keluarga Allah dan orang-orang khususnya. Dia akan dibangkitkan dengan para Malaikat yang mulia lagi berbakti. Demikian pula, dia akan memberikan syafa’at untuk kedua orang tuanya, memberikan pakaian dan mahkota bagi mereka. Tentu saja itu semua adalah ganjaran bagi sebaik-baik manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya”. (HR. Al-Bukhari).
Mujahid (seorang Tabi’in) berkata, “Makhluk yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling tahu tentang apa yang Dia turunkan (Al-Qur'an).”
Rasanya, terlalu banyak hal yang menunjukkan keutamaan para penghafal Al-Qur’an. Bagaimana tidak, karena Al-Qur’an inilah sumber hidayah dan menjadi sebab terbesar seseorang untuk menjadi mulia di sisi Allah tabaaraka wa ta’ala!
Penulis
yakin, para pembaca pastinya memiliki cita-cita yang sangat tinggi
lagi mulia, yakni menjadi seorang Hafizh Qur’an suatu hari nanti. Atau bahkan di antara pembaca
ada yang sudah menamatkan hafalan 30 juz. Alhamdulillah.
Semua dari kita adalah penghafal Al-Qur’an. Berapapun jumlah ayat yang kita hafal, maka itulah hafalan yang harus kita jaga. Meskipun kita cuma hafal beberapa juz atau beberapa surat pendek, maka kita tetap wajib menjaganya agar tidak sampai lupa.
Apalagi bagi orang-orang yang sudah memiliki hafalan cukup banyak. Muroja’ah adalah rutinitas mutlak yang harus dikerjakan. Semakin banyak hafalan, semakin banyak muroja’ah. Muroja’ah bukanlah beban, melainkan ibadah yang amat mulia.
Kalau boleh dibahasakan, “Menghafal adalah proses jatuh cinta, sedangkan muroja’ah adalah konsekuensi dari cinta. Siapapun yang mengaku cinta pasti akan muroja’ah, sebab cinta tanpa muroja’ah adalah kedustaan.” (Dinukil dari FB: Rumah Qur’an Dian)
Ada yang bertanya, sampai kapan kita muroja’ah? Kita jawab, “Sampai kita diwafatkan oleh Allah.” Sebagaimana Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya ketika rambut beliau sudah tampak memutih,
“Sampai kapan Engkau masih bersama dengan wadah tinta?”
Maksudnya, orang tersebut heran ketika Imam Ahmad rahimahullah tetap bersama dengan alat-alat untuk mencari ilmu seperti kertas dan wadah tinta, padahal usia beliau tidak lagi muda. Sehingga dikatakan dalam sebuah kalimat yang terkenal,
“Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur.”
Saat seseorang melupakan ayat yang telah dia hafal, bisa saja dia lupa karena tabi’at (manusiawi), lupa akibat maksiat, atau dia lupa karena kelalaiannya dalam muroja’ah.
Untuk sebab pertama, hal itu dapat dimaklumi, karena manusia memang tempatnya salah. Lupa yang manusiawi ini biasanya hanya sedikit. Tidak sampai membuat hafalan rusak terlalu banyak.
Adapun sebab kedua, ini tercela. Disebutkan dalam riwayat masyhur dari Imam Asy-Syafi’i:
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).
Sebab ketiga, inilah yang juga menyedihkan. Jangan sampai kita lalai dalam memuroja’ah hafalan dengan dalih, “Kan saya sudah hafal?, kan hafalan saya kuat?”. Bukankah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
“Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al-Qur’an, seperti pemilik unta yang diikat. Jika ia dijaga dan dipelihara, maka ia akan diam dan jinak, dan jika ia dibiarkan terlantar, maka dia akan pergi lepas dari ikatannya.” (HR. Al-Bukhari).
Atau sebaliknya, kita justru merasa kecil hati. “Ah, hafalan saya lemah. Kayaknya saya gak bisa deh muroja’ah.”
Saudaraku, tetaplah muroja’ah hafalanmu, meskipun engkau merasa bahwa hafalanmu jelek. Ketahuilah, itu merupakan was-was Syaithan. Semua orang telah Allah karuniakan kemampuan menghafal yang luar biasa. Adapun jika hafalanmu dirasa jelek, maka itu bisa disebabkan karena jarangnya dimuroja’ah. Maka jika ingin kuat hafalanmu, muroja’ahlah!
Seandainya kita temui kesulitan dalam proses ini, alhamdulillah, bersyukurlah. Jangan kecewa. Itu artinya kita akan mendapatkan pahala yang lebih banyak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.” (HR. Muslim, no. 1211).
Maka, tiadalah merugi orang yang menghafal dan muroja’ah. Dia akan tetap mendapatkan ganjaran yang besar di sisi Rabb-nya. Karena tak selamanya hasil dari menghafal Al-Qur’an adalah bertambahnya hafalan atau bertambah mutqinnya. Tapi, bisa berupa diampuni dosa-dosa, dijauhkan dari maksiat, ditinggikan derajat, ditutupi aib-aib, makin dicintai Allah, dan lain-lain.
Semoga Allah ta’ala mudahkan kita untuk senantiasa dekat dengan Kitab-Nya, membaca, mentadabburinya, menghafalkannya, mengamalkannya, dan mengajarkannya.
Inilah, sedikit nasihat dan motivasi yang bisa penulis sampaikan. Semoga saja bisa bermanfaat bagi kita semua.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Banjaran, 28 Januari 2021. Selesai jelang Zhuhur.
Akhukum Fillah, Ivan Wanda.
Komentar
Posting Komentar