Langsung ke konten utama

Adab Copy Paste Tulisan

 

Adab Copy Paste Tulisan


الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا ويرضى واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله اما بعد

Sudah menjadi hal yang maklum, bahwa manusia yang hidup di zaman ini tidak bisa terlepas dari yang namanya tulisan. Setiap hari, bahkan bisa dikatakan setiap waktu, kita senantiasa menulis. Lewat benda yang saat ini tengah kita pegang, huruf demi huruf diketik dengan jari jemari kita, hingga tertuang menjadi kalimat yang senantiasa kita tebar di beragam media.

Walhamdulillah, berkat karunia dan taufiq dari Allah ta’ala, sebagian dari kita telah mengetahui bahwasanya tulisan ini merupakan salah satu sarana menebar kebaikan yang besar ganjarannya di sisi Allah. Lewat tulisan kita bisa membagikan kutipan ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits-Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kalimat-kalimat yang mengandung mutiara hikmah. Itu semua akan senantiasa tersimpan dan dapat dibaca oleh manusia dalam waktu yang lama, kendati kita telah meninggalkan alam dunia ini. Maka, tak dapat dipungkiri lagi, melalui tulisan ini, In Syaa Allah kita memiliki kesempatan untuk menabung pahala jariyah yang semoga saja menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di Yaumul Hisab kelak.

Kita saksikan pula realita di tengah-tengah kaum Muslimin, khususnya di kalangan Syabab (para pemuda), yakni semangat yang begitu berapi-api untuk memposting hal-hal yang bermanfaat setiap hari. Walhamdulillah, kita patut mensyukuri hal tersebut.

Akan tetapi, dalam menyikapi gejolak semacam ini, kita tetap harus mengedepankan sikap kehati-hatian alias tidak sembrono. Tentunya sudah familiar di telinga kita semua, sebuah kaidah besar yang termaktub di dalam Kitab Ushul Ats-Tsalatsah, sebuah perkataan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu ta'ala di dalam Kitab Shahihnya, sebagaimana dinukilkan oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu ta’ala. Kaidah yang berbunyi:

العلم قبل القلول والعمل

“Berilmu sebelum berucap dan berbuat.”

(Muqodimah Kitab Ushul Tsalatsah)

Jadi, modal semangat saja tidak cukup, yaa Ikhwani fillah. Setiap perbuatan yang hendak kita lakukan, maka wajib hukumnya bagi kita untuk mengilmuinya terlebih dahulu. Dan bentuk kekeliruan sebagian dari kita adalah terlalu bermudah-mudahan membagikan tulisan-tulisan yang pada hakikatnya adalah baik, akan tetapi dikarenakan tidak memahami adab-adab penukilannya, akhirnya kita terjatuh pada hal-hal yang menyelisihi jalan para As-Salaf.

Di antara hal yang perlu kita tekankan di sini adalah adab-adab berkaitan dengan Copy Paste (salin tempel) tulisan. Karena dalam perkara inilah sebagian dari kita kerap kali tergelincir.

Ketika kita temukan satu tulisan yang bagus, di Sosial Media misalnya, umumnya akan terbersit di dalam benak kita untuk membagikannya kepada saudara-saudara kita yang lain. Dengan harapan mereka dapat memetik faidah dari untaian kalimat tersebut.

Nah, di sinilah inti pembahasannya.

Teman-teman sekalian, hendaknya kita renungkan sejanak nasihat Imam An-Nawawi rahimahullah ini,

“Siapa yang mengutip sebuah perkataan yang menarik dengan menyebutkan sumbernya, maka ilmunya dan keadaannya akan diberkahi. Namun, siapa yang mengaburkan hal tersebut atau mengaburkan perkataan yang ia ambil dari orang lain sehingga disangka orang bahwa itu adalah perkataannya, dikhawatirkan ilmunya tak bermanfaat dan keadaannya tak diberkahi.” (Bustanul Arifin hal. 16, diterjemahkan oleh web Bimbingan Islam dari twit Syaikh Prof. Dr. Abdussalam As-Suhaimi @Alsuhaimy.net pada 22 Oktober 2020)

 

Berikutnya saya akan menukilkan pula nasihat penting dari Ustadzuna dr. Raehaenul Bahraen hafizhahullahu ta’ala berkaitan dengan masalah ini. Mohon diperhatikan dengan seksama.

 

Berikut kutipan dari perkataan beliau:

Agama Islam mengajarkan agar kita menghormati sebuah tulisan:

1) Ilmu lebih berkah jika dinisbatkan kepada penulisnya

Ulama berkata,

من بركة العلم عزوه إلى قائله

“Di antara keberkahan ilmu yaitu menisbatkan ilmu kepada yang berkata/penulisnya.”

2) Mencantumkan penulisnya termasuk bentuk amanah Ilmiah

Tentu ada perasaan “sesuatu” jika tiba-tiba tulisan kita menyebar tanpa ada tulisan penulisnya, walaupun hikmahnya di sisi lain kita senang karena bisa lebih ikhlas

Jika kita tidak suka diperlakukan demikian, maka jangan memperlakukan saudara seperti demikian juga.

Bahkan ada kasus di mana penulis aslinya dituduh sebagai plagiat dan mencontek tulisan orang lain.

3) Mencantumkan penulisnya juga memudahkan untuk klarifikasi dan memberikan masukan kepada penulisnya jika ada kesalahan atau masukan

Terlebih masalah agama yang jika salah maka dampaknya bisa berbahaya dan perlu dikoreksi. Ulama menjelaskan bahwa dosa terbesar bahkan di atas kesyirikan adalah berkata-kata atas nama Allah (atas nama agama) padahal dia tidak mengetahui dan salah.

4) Jika tidak tahu penulisnya, sebaiknya tuliskan keterangan anda meng-copas, sehingga tidak disangka anda penulisnya

Lebih baik lagi tuliskan doa kebaikan kepada penulisnya. Misal “semoga berkah bagi penulis tulisan ini.”

5) Tindakan sangat tidak terpuji jika mengaku-ngaku tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri atau melakukan plagiat/pembajakan

(Dinukil dari web MuslimAfiyah: https://muslimafiyah.com/jangan-hapus-penulisnya-jika-copas-tulisan.html)

 

Beliau hafizhahullah juga menasihatkan:

TIDAK BOLEH: Hanya sekedar menambah atau merubah sedikit tetapi menisbatkan tulisan tersebut pada dirinya

Ini juga sesuatu yang kurang tepat, yaitu meng-copy paste sebuah tulisan kemudian menambah atau merubah sedikit dengan komentar kemudian menisbatkan tulisan itu sebagai hasil karyanya baik dengan terang-terangan atau bahasa kiasan.

Contohnya, di akhir atau di awal tulisan ditulis,

“Ditulis oleh fulan, di kota A, pukul sekian, bertepatan dengan…”

Atau dengan bahasa kiasan,

“Oleh: fulan, di kota A, pukul sekian, bertepatan dengan…”

“Diselesaikan di kota A, oleh fulan”

Bisa jadi maksud kata “oleh” yaitu mempublikasikan, tetapi maksudnya mengharapkan pembaca menyangka bahwa ia yang menulis. Sebaiknya kita sampaikan sumber tulisan dan penulisnya. Kemudian kita jelaskan apa bagian yang kita tambahkan.

Atau yang agak parah, sekedar meng-copy paste tanpa tambahan dari sebuah buku atau tulisan kemudian melakukan hal diatas.

TIDAK BOLEH: Menaruh tulisan di situs atau blog miliknya tanpa izin penulis

Jika penulisnya mengatakan silakan menyebarkan dan meng-copy paste asal mencantumkan sumber, maka tidak mengapa tanpa izin langsung. Dan termasuk adab, yang kita meminta izin jika menggunakan hak orang lain.

Begitu juga jika itu adalah hak sebuah majalah yang diberikan oleh penulisnya. Di mana jika tulisan tersebut menyebar dengan mudahnya, maka akan merugikan majalah tersebut. Hal ini bukan maksudnya membatasi penyebaran ilmu, akan tetapi ada waktunya boleh disebarkan, misalnya ketika telah diterbitkan oleh majalah tersebut. Dan kami rasa tidak ada majalah Islam yang berniat dakwah kemudian membatasi tulisan tersebut. Wallahu a’lam.

(Dinukil dari web MuslimAfiyah: https://muslimafiyah.com/menunaikan-amanat-ilmiyah-dan-jujur-dalam-tulisan.html)

 

 

Begitulah Islam mengajarkan. Bahkan dalam bab Copy Paste ilmu sekalipun kita diberikan aturan yang sangat jelas dan indah. Itu semua semata-mata untuk menjaga hak-hak di antara sesama muslim dan mencegah terjadinya kezhaliman di antara kita.

Maka, sudah sepatutnya kita memperhatikan adab-adab yang indah ini. Jangan sampai niat baik kita untuk menebar manfaat justru tidak berarti apa-apa dikarenakan kekeliruan kita dalam masalah ini.

Demikianlah sedikit yang dapat kami bagikan. Hakikatnya risalah ini merupakan nasihat bagi diri kami pribadi dan umumnya bagi kita semua. Semoga Allah ta’ala mengampuni segala kekhilafan kita. Dan menerima amal-amal kebaikan kita semua. Aamiin ya Rabb al-‘alamin.

Bandung, 27 Rajab 1442

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengatasi Video Story WhatsApp Tidak Sinkron

  Mengatasi Video Story WhatsApp Tidak Sinkron Sebagaimana kita ketahui, bahwa maksimal durasi video yang dapat diposting pada Story WhatsApp terbatas hanya 30 detik. Jika videonya lebih dari 30 detik, maka biasanya kita akan membaginya menjadi beberapa bagian. Kita tinggal menggeser bagian dari masing-masing video tersebut menjadi per 30 detik. Dulu tidak ada masalah ketika kita terapkan cara seperti ini. Video akan tetap tampil dengan baik tanpa ada kendala. Namun, belakangan ini kerap kali ditemui kasus, yakni ketika posting Story Video, di part yang ke-2 dan seterusnya, video yang kita kirim justru menjadi tidak sinkron antara gambar dan suara. Contohnya, ketika saya posting kajian video berdurasi 1 menit. Pada bagian pertama, tidak ada masalah. Adapun ketika di bagian yang kedua, maka antara suara dan gambar menjadi tidak sesuai. Sehingga terkesan menjadi kurang nyaman untuk dilihat.  Pernahkah mengalaminya, teman-teman? Tentu gak enak ya. Seperti kata pepata...